Jumat, 17 Februari 2012

BERPIKIR AKADEMIK DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI PENDIDIKAN

oleh: Ari Kartini

Sebenarnya apa itu berpikir akademik?. Apakah orang yang harus berpikir akademik hanya orang-orang yang mengecam dunia pendidikan sarjana sampai profesor saja? bagaimana dengan orang-orang yang hanya dapat melanjutkan atau mengecam dunia pedidikan sampai tingkat SMA,SMP, atau malah hanya tamatan SD? Menurut Dr. Andoyo Sastromiharjo, 

“berpikir akademik itu adalah berpikir ilmiah, berpikir filosofis dan berpikir logis atau rasional. Berpikir ilmiah itu membutuhkan data yang empiris dilengkapi dengan teori yang pasti dan harus terkontrol. Sedangkan, berpikir filosofis berpedoman pada ‘ontologis’, ‘epistomologis’, dan ‘aksiologis’. Kalau berpikir logis atau rasional tentunya harus masuk akal dan penalarannya dapat diterima dengan akal”.

Dari penjelasan di atas saya menyimpulkan kalau berpikir akademik itu adalah pemikiran seseorang yang harus dilandasi dengan bukti atau teori yang mendukung secara empiris sehingga mampu diterima oleh akal. 

Dengan berpikir akademik orang akan mampu berbicara, bersikap lebih baik. Hanya situasi dan kondisi yang lebih menekankan orang yang berpikir akademik itu adalah orang-orang yang mengecam dunia pendidikan tinggi saja. Mungkin ini karena kesempatan mereka dan pengalaman mereka yang menuntut mereka harus seperti itu, sehingga mereka mau tidak mau harus berpikir akademik. Oleh karena itu, ditataran pendidikan, siswa maupun guru-gurunya harus mampu berpikir akademik untuk menghadapi era globalisasi pendidikan yang hampir tiap tahun berganti kebijakan.

Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri siswa, mahasiswa, dan para pendidik sepanjang waktu mereka dalam menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. 

Pengembangan diri individu dalam pendidikan menjadi suatu alternatif mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya penguasaan terhadap kemampuan tertentu. Sejalan dengan itu, pendidikan selalu menyesuaikan dengan kemajuan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga lulusannya mampu bersaing di kancah global. Hal ini secara tidak langsung mensyaratkan individu untuk lebih mengembangkan kemampuannya, agar pencapaian prestasi akademik dapat optimal.  Menurut (Baron & Byrne);

“individu sebagai mahasiswa selayaknya memiliki efikasi diri akademik yang tinggi dalam pencapaian prestasi akademik, terutama mahasiswa tahun pertama yang baru saja mengalami peralihan dari SMA. Efikasi diri akademik dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya”.

Kebijakan yang terjadinya pada zaman sekarang dalam dunia pendidikan sejujurnya telah  merugikan banyak orang, contohnya dalam hal kurikulum dengan ditetapkannya Ujian Nasional (UN). UN ini bukan berdampak positif justru malah negatif, bukan hanya siswa yang digencarkan dengan adanya UN tapi masyarakat awam pun yang tidak bersekolah tahu apa itu UN?, ketika datangnya masa UN yang sibuk bukan hanya siswa dan gurunya saja, tapi masyarakat, wartawan, orang tua sampai kalangan-kalangan lain ikut sibuk dalam menghadapi UN.

Saat ini pendidikan merupakan tempat yang paling utama dijadikan pembelajaran kedewasaan dalam mengubah pikiran, ucapan, dan sikap sehingga membentuk karakter yang baik Masuknya budaya barat di masyarakat Indonesia menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat Indonesia untuk mengikuti perubahan zaman agar tidak terlalu ketinggalan, tetapi selain itu kita juga harus mampu mempertahkan kebudayaaan asli Indonesia. Jangan sampai karena kita lebih memerhatikan budaya barat, budaya Indonesia dilupakan. 

Individu yang cenderung berpikir positif dapat dideteksi melalui beberapa kriteria, yaitu percaya pada kuasa Tuhan Yang Maha Esa, selalu menjauh dari perilaku negatif, memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas, memiliki keyakinan yang positif, mencari jalan keluar berbagai masalah yang dihadapi, belajar dari masalah, tidak membiarkan masalah mempengaruhi hidupnya, memiliki rasa percaya diri, menyukai perubahan, dan berani menghadapi tantangan, dan pandai bergaul dan suka membantu orang lain.