Jumat, 06 Januari 2012

peran Guru Sebagai Orang Tua


PERAN GURU SEBAGAI ORANG TUA
oleh: Ari Kartini, S.Pd.


 
Folded Corner: “Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua    kita, yang memberikan ilmu pengetahuan dengan setulus hati” 



            Orang tua adalah sosok manusia yang begitu mulia dan penuh rasa sayang terhadap anak-anaknya. Bagaimana dan seperti apapun anak itu orang tua tetap menyayanginya. Orang tua mampu mengerti dan memahami apa yang sedang dirasakan oleh anaknya.
            Sekarang kita bertanya.
            Apa seorang Guru mampu berperan menjadi orang tua?”
            Peran Guru sebagai orang tua harus  dimiliki, karena keberhasilan siswa bukan hanya terfokus pada ilmu yang ditransfer oleh seorang guru saja, tugas guru sebagai pengajar belum cukup untuk mencapai keberhasilan siswa dan tujuan Pendidikan Nasional.
            Semua khalayak tahu bahwa guru merupakan figur yang akan dituruti oleh anak didiknya. Oleh karena itu, sebagai figur guru harus mampu mendidik sifat, sikap, dan mental anak didiknya. Dengan cara pendekatan individu guru sudah melakukan perannya sebagai orang tua.
Selain pendekatan individu, guru juga harus bersikap adil (tidak membeda-bedakan siswa-siswinya)  perbedaan karakteristik yang dimiliki anak didiknya harus diketahui oleh gurunya, dan guru harus mampu menyeimbangkan perbedaan karakteristik siswanya.
            Mengapa Guru harus berperan sebagai Orang Tua?”
            Hampir setengah hari dari 24 jam perhari siswa menyibukkan dirinya di sekolah, apalagi kalau pulang sekolah siswa harus mengerjakan tugas-tugas dari gurunya. Secara otomatis  siswa lebih banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya di sekolah. Maka dari itu, selain bimbingan dari orang tua, guru juga mempunyai tanggung jawab terhadap perubahan sikap siswanya. Seperti yang dijelaskan oleh Asep Nurjamin dalam artikelnya yg berjududul “Peran Guru tak akan Tergantikan” (2010). “Relasi siswa dengan guru adalah relasi sosial yang di dalamnya siswa akan berkembang menjadi manusia sebagaimana bentuk yang terefleksikan  dalam wujud seorang guru.
“Bagaimana Peran Guru sebagai Orang Tua?”   
            “Jika anda ingin mengembangkan anak-anak, mulailah dari otaknya, mereka tentu saja tidak membaca dengan ginjalnya!” (DR. Deborah Waber).
Ya, sungguh masuk akal apa yang dinyatakan oleh DR. Deborah Waber di atas. Kita adalah para pendidik yang harus bisa memberikan contoh untuk anak didik kita (ing ngarso sungtulodo). Karena, Guru adalah contoh pertama bagi anak didik untuk bersikap dan bertingkah laku dalam kesehari-harian anak didik tersebut. Banyak hal yang mempengaruhi pola pikir anak didik kita, dari mulai kondisi keluarga sampai pada lingkungan dimanan dia tinggal.
            Tapi, bagaimanapun juga guru adalah orang tua  kedua bagi anak didiknya, sudah selayaknya kita (pendidik) mencurahkan segala rasa, kasih sayang kita kepada anak didik kita. Guru adalah seseorang yang digugu dan ditiru. Apalagi pemerintah sekarang telah memberikan dorongan, baik itu motivasi ataupun berupa materi untuk guru yang sudah lulus Strata I atau Diploma IV. Meski belum semuanya, tapi diharapkan akan terus-menerus hingga menjangkau kedaerah-daerah terpencil.
            Kehangatan suasana di dalam kelas sudah seharusnya dikuasai oleh seorang Guru. Layaknya kita menghadapi anak sediri, ketika anak didik ada yang melakukan kesalahan, bukan di bentak apalagi sambil dicubit. Tapi, alangkah baik dan berkesan bagi anak didik kita yang belum bisa mengiuasai materi, kita belai rambutnya, diberi penjelasan  dan diberi motivasi agar anak lebih mengerti dan lebih merasa dekat dengan guru. Anak yang banyak bertanya diantaranya bukan karena anak itu pintar. Tapi, anak sudah merasa dekat dengan guru tersebut. Perlu diingat, motivasi itu sangat dibutuhkan anak didik dikala sedang belajar. Beritahu anak didik kita untuk apa kita belajar dan apa manfaatnya. Supaya dia lebih bisa mengondisikan / mempersiapkan dirinya untuk menerima ilmu yang akan diberikan oleh guru tersebut (Ing madyo mangun karso)
            Jangan patahkan cita-cita anak didik kita dengan serba melarang apa yang sedang dia kerjakan. Kita lihat apakah yang dia kerjakan., apakah yang dia kerjakan itu mengganggu kegiatan belajar atau tidak? Berbahaya atau tidak? Kita seharusnya bisa membimbingnya. Misalnya, ada siswa yang berteriak-teriak. Prilaku tersebut  Jangan kita larang, tetapi kita padukan dengan lagu yang indah sesuai dengan usianya. Dan jangan melupakan akan lagu-lagu wajib nasional karena mereka harus mengetahuinya. Selanjutnya, apabila ada anak yang suka memukul-mukul  meja, kita arahkan kepada sesuatu yang lebih baik. Kita bisa memberikan beberapa ketukan supaya iramanya teratur. Kita tidak tahu akan menjadi apa anak didik kita dimasa yang akan  datang. Yang pasti, kita bisa berusaha untuk menciptakannya dengan  cara mengarahkannya dan terus memberi motivasi. Sampai usia tua pun, kehangatan seorang Guru pada  anak didiknya akan terus melekat dalam diri anak didik kita.
            Perlu diingat, bahwa anak  belajar dari kehidupannya. Jika anak  dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyenangi diri, dan jika anak dibesarkan dengan kejujuran serta keterbukaan,  maka ia belajar kebenaran dan keadilan. Jadikanlah diri kita sebagai sandaran bagi anak didik kita. InsyaAlloh, kalau kita sudah dekat, maka anak didik kita akan terbuka dengan apa yang dirasakan dalam pembelajaran kita.
            Dan satu hal lagi (Tutwuri handayani) dibelakang memberi dorongan. Jangan sekali-kali mengatakan kepada anak yang belum menguasai  salah satu mata  pelajaran dengan kata-kata “bodoh”. Karena anak didik bukannya akan maju, tapi anak akan terus bersikap seperti apa yang telah dikatakan guru kepadanya. Karena anak yang dibesarkan dengan dorongan, maka ia secara  tidak langsung belajar bagaimana menjadi seseorang yang percaya diri.
            Tugas pokok seorang pendidik (Guru) sudah termuat dalam UUD Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan  Dosen. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jadi, dikala kita sedang berhadapan dengan anak didik, ya merekalah anak-anak kita, yang harus kita aping dan didik. Supaya menjadi anak yang berkarakter baik, teguh pendirian, beriman dan bertakwa serta diiringi dengan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Dengan kehangatan dan kasih sayang kita sebagai orang tua kedua bagi anak didik kita.

2 komentar:

  1. Terimakasih, menjadi salah satu inspirasi dalam penulisan khutbah jumat singkat berbakti kepada orang tua. Semoga menjadi amal sholeh buat penulis dan semua yang membantu menyebarkan.

    BalasHapus